Kamis, 20 Juni 2019

Anak Masih Takut Disunat?

World News - Untuk urusan khitan atau sunat bukan lagi hanya syariat dari agama Islam. Namun, sunat pada pria sudah diteliti memiliki manfaat yang luar biasa untuk kesehatan.
Diantaranya yang sering disebut-sebut adalah mengurangi risiko penyakit infeksi saluran kemih juga mengurangi risiko terjadinya penyakit menular seksual pada laki-laki. Tak hanya itu, dapat juga mencegah terjadinya risiko kanker penis dan mengurangi risiko penularan kanker serviks.
Sunat juga mencegah phimosis, yaitu ketidakmampuan untuk menarik kembali kulup dan paraphimosis, ketidakmampuan untuk mengempalikan kulup ke posisi normal.
Dulu sunat agak menakutkan. Tapi dengan berjalannya waktu, Dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS, pemilik Rumah Sunat, mengatakan, terdapat perkembangan metode dalam proses pembedahan dalam sunat yang lebih aman. Dengan perkembangan metode ini, orangtua akan lebih mudah membujuk sang anak untuk mau disunat.
"Kalau di Indonesia, ini mayoritas sunat bukan saat bayi-sekolah dasar biasanya. Faktor adanya adat syukuran, anak harus punya teman dulu biar ada hadiah, tunggu anak bisa ngomong katanya. Kasihan kalau masih kecil, dan masih banyak lagi," katanya kepada AkuratHealth, di Handayani Resto, Jakarta Timur, baru-baru ini.
Ingat bahwa teknik sunat dulu dan sekarang sudah berbeda. Anak harus tahu soal ini. Dokter Mahdian akan menjelaskan teknik sunat dulu dan sekarang, yuk simak!
"Dulu, sunat kebanyakan harus dilakukan pas liburan sekolah karena agar tidak menganggu absensi, penyembuhan lama, anak juga berhari-hari merasakan sakitnya. Sebenarnya itu sudah teknik lama, bukan yang saat ini. Kalau dulu teknik dorsumsisi, sleeve, kedua teknik yang memiliki beberapa sayatan, kemudian elektrokauter menggunakan alat menyerupai solder," jelasnya.
Ada juga teknik stapler dengan keunggulan nyeri yang lebih minimal dan yang direkomemdasikan badan kesehatan dunia (WHO). Sampai saat ini adalah teknik klem. Teknik klem mengadopsi teknik sunat sebelumnya, dan menghindarkan penggunaan pisau.
Waktu rata-rata yang diperlukan untuk melakukan tindakan dengan teknik ini juga lebih singkat, sekitar 4,5 sampai 1,5 menit saja. Sedangkan dengan teknik sirkumsisi konvensional, sunat bisa memakan waktu 23 menit.
"Selain proses sunat yang lebih mudah dan cepat, teknik klem memiliki keunggulan seperti perdarahan minimal, tanpa jahitan, proses penyembuhan luka lebih cepat dibanding metode konvensional," ujarnya.
"Jadi hari ini sunat, besok mau naik sepeda, berenang, main bola dan lainnya juga bisa. Ditambah lagi sekarang sudah ada anastesi tanpa suntikan, lebih menjauhkan lagi anak dari trauma dari rasa sakit. Kalau dulu kan tiduran aja berapa hari, anak rewel, dan sebagainya," tutupnya.[]


Sumber : Akurat.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar